Di antara orang-orang Isra’il, ada yang sangat menghormati apa yang diturunkan kepada leluhur mereka sahaja, selain itu, mereka tidak percaya. Mereka terkena fitnah dan pengaruh kekaisaran Rom bangsa tidak berkhatan. Mereka adalah boneka-boneka Kekaisaran Rom. Muhammad mengajak mereka meyakini apa yang diturunkan kepada Muhammad namun mereka berdalih dan dengan keras menolak seruan Muhammad.QS Al Baqarah [2]:91 …
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu kepada apa yang telah diturunkan oleh Allah (kepada Nabi Muhammad),” mereka menjawab: “Kami hanya beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami (Taurat).” Dan mereka ingkarkan (Kitab) yang lain yang diturunkan kemudian daripadanya, padahal Al-Quran itu benar lagi mengesahkan Kitab Taurat yang ada pada mereka. Katakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka: “Jika demikian mengapa kamu membunuh Nabi-nabi Allah pada masa yang lalu kalaulah kamu benar-benar orang-orang yang beriman?”
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu kepada apa yang telah diturunkan oleh Allah (Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad).” Mereka menjawab: “Kami hanya beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami (Taurat).” Dan mereka ingkarkan (Kitab) yang lain yang diturunkan kemudian daripadanya. Kitab Injil mereka tolak. Kitab Al-Qur’an juga mereka tolak.
QS Al Baqarah [2]:170 …
Dan apabila dikatakan kepada mereka “Turutlah akan apa yang telah diturunkan oleh Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), kami (hanya) menurut apa yang kami dapati datuk nenek kami melakukannya.”.
QS Al Ma’idah [5]:104 …
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah menurut kepada apa yang telah diturunkan oleh Allah (Al-Quran), dan kepada RasulNya (yang menyampaikannya),” mereka menjawab: “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati datuk nenek kami mengerjakannya.”
QS Luqman [31]:21 …
Dan apabila dikatakan kepada mereka (yang ingkar): “Turutlah akan apa yang telah diturunkan oleh Allah.” Mereka menjawab: “(Tidak), bahkan Kami hanya menurut apa yang Kami dapati datuk nenek kami melakukannya.”
Muhammad mengkritik orang-orang yang pandai berdalih sahaja namun pada dasarnya tidak mau beriman yang menolak pesannya. Muhammad menyebut mereka sebagai “sejahat-jahat makhluk” (syarrulbariyyah). (QS Al Bayyinah [98]:6).
Bani Israil diperingatkan untuk tidak menjadi orang-orang yang suka berdalih dan untuk tidak menjadi “… orang-orang yang mula-mula kafir (ingkar) akan Muhammad …” (QS Al Baqarah [2]:41).
“Mereka sangat suka mendengar berita-berita dusta, sangat suka memakan segala yang suci” (QS Al Ma’idah [5]:42).
“Di antara orang-orang Yahudi ada yang suka mengalihkan Kalamullah, dari tempat dan maksudnya yang sebenar …” (QS An Nisa’ [4]:46).
Al-Qur’an menyalahkan mereka yang suka berdalih tersebut kerana mereka orang-orang yang suka berdalih tersebut tidak puas dengan apa yang diturunkan kepada mereka yang mereka abaikan meskipun sudah ditangan mereka.
“Tidakkah cukup bagi mereka bahawa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Quran yang dibacakan kepada mereka?” QS Al ‘Ankabut [29]:51.
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” QS Al Anbiya’ [21]:10.
Muhammad dengan terbuka menyebut mereka orang-orang yang suka berdalih tersebut sebagai orang-orang tak beriman (kufur mengingkari).
“Orang-orang yang Kami berikan Kitab kepada mereka, sedang mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan (tidak mengalihkan bacaan), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada bacaan; dan sesiapa yang mengingkari bacaan maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” QS Al Baqarah [2]:121.
Mereka suka mengkhianati orang.
“Banyak di antara Ahli Kitab suka kalaulah kiranya mereka dapat mengembalikan kamu menjadi kafir setelah kamu beriman.” QS Al Baqarah [2]:109.
“Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu campur adukkan yang benar dengan yang salah, dan kamu pula menyembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahuinya?” QS Ali ‘Imran [3]:71.
“Katakanlah: “Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalangi orang-orang yang beriman daripada menurut jalan Allah, kamu hendak menjadikan jalan Allah itu bengkok terpesong, padahal kamu menyaksikan?” QS Ali ‘Imran [3]:99.
Al-Qur’an mengkritik orang-orang Yahudi yang suka berdalih tersebut karena tidak menerima keseluruhan kitab mulai dari Taurat dan Injil.
“Tidakkah engkau memerhatikan (wahai Muhammad) orang-orang yang telah diberikan sebahagian dari Kitab, mereka memilih kesesatan (dengan meninggalkan pertunjuk Tuhan), dan mereka pula berkehendak supaya kamu juga sesat jalan.” QS An Nisa’ [4]:44.
“Tidakkah engkau pelik memikirkan (wahai Muhammad) terhadap sikap orang-orang (Yahudi) yang telah diberikan sebahagian dari Kitab Taurat, mereka diseru kepada Kitab Allah supaya Kitab itu dijadikan hakim di antara mereka. Ahli-ahli satu puak dari mereka berpaling ingkar sambil menolak (seruan dan hukum Kitab Allah itu)“ QS Ali ‘Imran [3]:23.
Bagaimanapun juga pertemuan langsung antara Muhammad dan Yahudi boneka Rom yang suka berdalih tersebut baru terjadi di tahun 622 Sesudah Masehi. Itu pun di Kota Madinah. Keberadaan mereka dan pengaruh mereka di Mekah ketika itu tidaklah menyolok. Dalam ayat-ayat Makkiyah(*), kita tidak menemukan pandangan yang negatif mengenai Bani Isra’il. Pandangan yang negatif mengenai Yahudi baru kita dapati di ayat-ayat Madaniyah(*).
Di ayat-ayat Makkiyah, insan-insan Bani Isra’il tidak pernah menjadi bahan pembicaraan. Bahkan nama mereka tidak disebut-sebut dalam bab-bab pertama Qur’an tersebut. Muhammad tidak punya alasan untuk memandang insan-insan Bani Isra’il di Mekah tersebut sebagai musuh. Baru ketika sesudah hijrah yaitu di Madinah, pandangan negatif tentang Yahudi muncul. Baru ketika di Madinah, perseteruan antara Muhammad dan Yahudi bersifat tajam dan saling tidak percaya.
(*) Makkiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum hijrah. Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah hijrah.
Terdapat banyak dokumen, riwayat-riwayat, catatan sejarah, dan geografis serta kumpulan hadist yang melaporkan adanya hubungan yang tidak serasi antara Muhammad dan orang-orang Yahudi di Medinah ketika itu. Apalagi semakin diperkeruh dengan adanya upaya dikemudian hari di zaman moden seperti sekarang ini untuk mengipasi suasana yang pernah tidak akur tersebut yang hanya mengingatkan luka batin yang dialami insan-insan Muslim Arab dan insan-insan Bani Isra’il sampai sekarang ini sekalipun.
Hal-hal tersebut semakin membuat suasana menjadi terus panas dan menjadi penyebab pertikaian-pertikaian. Bahkan suasana yang penuh dengan luka batin ini diukir di uang logam yang dipakai di masyarakat Arab ketika itu. Karena semakin dikompori seperti itu, kebencian antara Arab dan Bani Isra’il semakin tertanam kuat di seluruh kawasan Arab sejak itu sampai sekarang. Bahkan para Ra’is Aam suku-suku Jahiliyah, dan para Ra’is Aam insan-insan Nashara dan beberapa peramal-peramal nasib dari Arab bagian selatan, tidak malah meredamkan keadaan, tapi malah justru mengingatkan Muhammad atas sikap permusuhan Yahudi terhadapnya dan dakwahnya.
Semua fakta mengenai suasana yang tidak serasi terjadi Madinah ketika itu, bukan di Mekah ketika itu. Hal ini perlu disadari agar kita boleh mendengar langsung Al-Qur’an berkisah mengenai dakwah dan niyatan yang murni dari Nabi demi untuk mengungkapkan cinta dan hormat beliau pada keluarga dan saudara-saudari beliau di tanah Arab, tanah perantauan Kaum Quraysh Kaum Nabi Muhammad.
Artikel sebelum ini | Blog Abdushomad | Artikel selepas ini |