Salah satu yang diperjuangkan Muhammad adalah menyatukan suku-suku hijrah yang beralam pikir nashara yang tercerai-berai dan terpecah-pecah. Muhammad menyerukan kepada mereka,
“…Tegakkanlah diin (keimanan dan ketaqwaan, dan janganlah kamu berpecah belah atau berselisihan pada dasarnya.”
“Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai,”
Muhammad sungguh merasa bahawa ia harus menjadi pemimpin yang boleh mengatasi pertikaian-pertikaian diantara kaum-kaum yang beralam pikir nashara yang hijrah tercerai berai.
“Sesungguhnya aku takut bahawa engkau akan berkata kepadaku: “Engkau telah memecah-belahkan kaum Bani lsrail sesama sendiri.”
QS Ṭa ha [20]:94.
Allah berkata kepada Muhammad,
“Bahawasanya orang-orang yang mencerai-beraikan ugama mereka (dengan perselisihan-perselisihan yang berdasarkan hawa nafsu), dan mereka menjadi berpuak-puak, tiadalah engkau terkait sedikitpun dalam (perbuatan) mereka.”
QS Al An’am [6]:159.
Muhammad menjawab seruan Allah tersebut,
“Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang telah diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi: Ibrahim, dan lsmail, dan Ishak, dan Yaakub, dan keturunannya, dan kepada apa yang telah diberikan kepada Nabi-nabi: Musa dan Isa, dan sekalian Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeza-bezakan seseorang pun di antara mereka, dan kepada Allah jualah kami berserah diri (Islam).”
Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada Allah kami berserah diri. Barangsiapa mencari diin selain Islam berserah diri bulat-bulat kepada Allah sahaja, maka dia tidak akan diterima dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.
Muhammad kemudian mengulangi,
“… Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya”
Muhammad menjelaskan kepada para pengikutnya,
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeza-bezakan di antara mereka …”
QS An Nisa’ [4]:152.
Ia menasihati,
“Janganlah kamu termasuk orang yang mempersekutukan Allah dengan segala macam ilah-ilah lain yang kamu idolakan, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan...”
QS Ar Rum [30]:30-32.
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas kepada mereka …”
Alam pikir kaum nashara dan Muslim akhirnya menjadi satu dalam ketauhidan. Mereka dipersatukan dengan nama dan kitab yang sama dan menjadi “kaum yang unik” (QS Al Mu’minun [23]:52).
Nama mereka menjadi “Muslim” yang ertinya menjadi damai dan bersatu dan tidak terpecah-pecah dan tidak tercerai-berai. Kitab mereka adalah Al Qur’an dan keimanan mereka adalah Islam, yaitu diin yang menyatukan golongan-golongan di bawah satu dasar yang tetap dan keyakinan mereka berbunyi:
“Tidak ada ilah selain Dia”
Terkait ini, para pengikut setia ‘Isa, datang kepada Sayidina ‘Isa dan menyampaikan kepada Sayidina ‘Isa bahawa mereka sungguh-sungguh menerima keadaan muslim dan memohon doa restu dari Sayidina ‘Isa,
“Para hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong-penolong (utusan) Allah. Kami telah beriman kepada Allah, dan saksikanlah (wahai Nabi Allah) sesungguhnya kami ialah orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada Allah)”
Jelas bahawa insan-insan Muslim, dahulunya merupakan kaum-kaum yang beralam pikir nashara di Mekah ketika itu, yang akhirnya berdamai dan bersatu menjadi satu kelompok. Dengan begitu tidak lagi terpecah-pecah menjadi berbagai macam golongan dan kelompok-kelompok.
Sisa-sisa pengikut yang meyakini pesan Nabi Muhammad kemudian bergabung dengan insan-insan Muslim yang akhirnya disebut Islam. Ini adalah karena fakta bahawa Muhammad pertama kali mendukung kaum yang beralam pikir nashara ketika itu walaupun pihak-pihak lain menentang kaum yang beralam pikir nashara tersebut (QS Aṣ Ṣaff [61]:14).
Mereka menjadi diinul qayyim (diin yang lurus) di masyarakat Arab ketika itu walau “… kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS Ar Rum [30]:30).
Di antara para Ahli Kitab dan Bani Israil, hanya ada satu kaum yang beriman pada Allah dan mengimani dan mengamalkan semua kitab-kitab Allah. Satu-satunya kaum tersebut tetap setia di jalan yang benar dari diin lurus.
“Tuhan memerintahkan kamu untuk tidak menyembah apapun selain Allah. Inilah jalan(*) yang lurus …”
QS Yusuf [12]:40.
(*) Jalan adalah kata bahasa Indonesia yang berpadan kata dengan kata bahasa Arab diin.
Barangsiapa yang tidak taat akan termasuk golongan yang merugi.
“Oleh karena itu hadapkanlah wajahmu kepada diin yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari (Kiamat) yang tidak dapat ditolak, pada hari itu mereka terpisah-pisah”
QS Ar Rum [30]:43.
Artikel sebelum ini | Blog Abdushomad | Artikel selepas ini |