Pengertian Sholat Secara Etimologi Terminologi
Standar masyarakat Islam Asia Tenggara ini adalah an-edukated yang kurang berpendidikan secara cerdas dan mendalam terhadap konsep-konsep agama Islam, itu artinya belum mampu memiliki imajinasi rasional cerdas untuk menangkap konsep-konsep tersebut dan hanya bisa memahami dan mempraktekkan hal-hal yang bersifat materialistis bendawi dengan ideranya.
Apa yang dinamakan dengan konsep-konsep dalam pemikiran rasional memang sangat sulit sekali bilamana hanya direspon dengan material indrawinya saja, sehingga istilah yang sangat klasik dimasa awal Islam, ketika umat Islam zaman dahulu dalam mendefinisikan sholat dan yang lainnya kemudian menjadi masalah besar yang menimpa umat Islam sampai dengan saat sekarang.
Sholat dalam makna pikiran rasional seharusnya bagaimana ?
Umat Islam men-deskripsikan sholat menjadi satu definisi atau ta’rif atau had. Umat Islam menyatakan bahwa solat itu adalah perkataan, perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Definisi ini tidak menjawab maksud dari makna sholat itu, sebab hanya sebatas nama atau taskhiz atau visualisasi, padahal sholat itu adalah konsep-konsep yaitu sesuatu yang tidak mungkin dapat dilihat, yang tidak mungkin dipegang dan dirasa, karena kosep itu bersifat abstrak dan tidak kelihatan, itulah makna dari konsep-konsep.
Sebenarnya sholat yang diperhatikan selama ini, bukanlah sholat yang di-indra dari segi konsep tetapi di-cermati dari segi makna fisikalnya. Artinya, sangat mustahil sholat itu dapat dilihat secara indrawi, karena sholat itu bukankalah komunikasi benda material melainkan komunikasi spiritual. Ini berarti, apa yang kita biasa lihat dalam praktek ibadah sholat itu adalah orang atau sekumpulan orang yang sedang melaksanakan gerak fisik ibadah sholat, sehingga secara fisik memang kelihatan seolah-olah itulah arti dan makna sholat, padahal itu sangat salalah dan berbeda.
Itulah cara fukoha atau para ahli fikih dizaman awal mendefinisikan sholat yang kemudian menuntut umat Islam untuk mempraktekkannya tanpa pikir. Karena itu umat Islam generasi maju sangat perlu sekali untuk berpikir ulang dan mengkritisi kembali konsep-konsep mereka itu dan supaya generasi sekarang tidak kotra produktif dengan perkembangan modern seperti saat sekarang.
Terpenting, kritisme ini bukan untuk menyalahkan para fukoha itu, tetapi yang sangat perlu adalah, untuk membahas kembali deskrepsi-deskrepsi dan konseps-konsep dari sudut pandang ilmiah rasional sehingga terus meningkatkan kreatifitas dan kemajuan Islam untuk berkarya dan progres dalam peningkatan kesejahteraan umat manusia dan kemanusiaan melalui ibadah sholat itu.
Jadi yang perlu kita kaji kembali adalah, para fukoha itu mereka bukan mendefinisikan sholat itu tetapi mereka itu mendeskripsikan sese-orang ketika sedang melakuakan ibadah sholat. Misalnya orang itu berdiri kemudian mengangkat tangannya sambil mengucpkan kalimat takbir “Allahu akbar” kemudian ada bacaan Al Fatihah dan baca surat, setelah itu ruku, sujud dan seterusnya sampai selesai. Dengan itulah kemudian di kodifikasi dengan kata-kata bahwa solat itu adalah “Afalun wa akwalun yaitu perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”
Definisi seperti itu tidak semudah seperti yang telah dipahami, ini disebabkan karena ada perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkatan yang serupa penggunaannya tetapi itu tidak disebut sebagai sholat. Sebagai contoh, ada seseorang naik diatas panggung kemudian dia angkat tangan sambil berakbir “Allahu akbar” kemudian mulai berorasi politik, sampaikan program-program dan yang lainnya setelah itu diakhiri dengan salam. Apakah perbuatan dan perkataan orang itu adalah bisa diterima sebagai perbuatan solat? Tentu tidak.
Ini artinya ketika kita ingin uji kebenaran definisi tadi maka definisi itu sangat relatif dan bisa digugurkan dengan cara berpikir rasional dan ilmiah murni. Maka bisa dikatakan bahwa definisi sholat seperti ini dapat dipahami sebagai definisi yang salah.
Untuk definisi yang baik dan cerdas maka yang sangat penting diperlukan adalah umat Islam perlu terus menerus belajar tentang terminologinya itu. Khususnya di Asia Tenggara banyak sekali yang kurang cerdas terhadap terminologi yang kaitannya dengan sholat dan yang lainnya sehingga menyulitkan umat Islam itu sendiri untuk dapat beradaptasi dengan pengertian-pengertian yang substansial sehingga tahu dan paham dengan konsep-konsep yang satu dengan konsep-konsep yang lain dan mencapai makna substansialnya.
Selain itu ada lagi yang disebut dengan sholat khusyu, dan definisinyapun macam-macam bentuknya. Prioritas dari sholat khusyu ini terutama ber-konsentrasi pada indra dan fisik, selain itu konsentrasi penuh pada arah kiblat dan di-sakralkan untuk tidak boleh berselisih. Sholat dengan konsentrasi penuh pada fisik dan indera, sebenarnya bukan sholat khusyu namanya tetapi nama sebenarnya adalah sholat “Tumaninah” atau konsentrasi fisikal. Sekali lagi, definisi inipun sangat salah sebab tidak substansial dengan makna sholat khusyu itu sendiri.
Makna sholat khusyu sebenarnya adalah, sholat yang dilaksanakan diluar sholat yang di-implementasikan di dalam kehidupan sehari-hari dengan masyarakat, seperti tidak menyia-nyiakan waktu, tidak bermalas-malasan dengan hidupnya, amanah dan janji selalu ditepati, menciptakan suasana aman damai dan bertoleransi. Sholat khusyu dalam arti yang benar itu dikerjakan di luar sholat bukan di dalam sholat.
Memgapa solat itu penekanannya adalah persepsi?
Penekanan sholat pada persepsi karena kalau persepsinya telah salah maka sudah dipastikan bahwa konsepsinya juga akan salah, kalau konsepsinya sudah salah implementasinya pasti salah juga, begitu seterusnya sampai akhirnya pasti akan salah semuanya. Langkah-langkah penting untuk diperhatikan kembali adalah membangun ukuah persepsi yaitu membangun kesamaan persepsi supaya tidak terjadi lagi gagal paham terhadap kergaman konsep dari masing-masing kepentingan sehingga dapat mencegah terjadinya perpisahan di tengah perjalanan.
Umat Islam kerap kali sangat mudah mengkontraskan perberbedaan internal mau pun eksternalnya. Akibatnya satu dengan yang lain sangat mudah untuk berpisah meskipun itu teman, kerabat maupun kelurga. Hal ini karena dari sejak awal persepsi mereka tidak sama dan saling mempertahankan argumentasinya masing-masing. Tadinya punya satu tauhid atau satu Tuhan seketika berubah menjada berbedaTuhan, berbeda Nabi, berbeda Kitab dan berbeda Mazhab. Secara ekternal pebedaan persepsi juga akan muncul kepda Al Injil, nabi Isa, Zabur dan Taurat juga akan menjadi berbeda.
Sebab itu dalam segala hal apapun seharusnya perlu membangun kebersamaan yaitu persamaan persepsi, sehingga komunikasi vertikal dengan Allah (Hablum minnallah) dan komunikasi dengan sesama manusia (Hablum minannas) tersambung kembali di jalan yang lurus (Siratal Al-Mustaqim).
Nabi Isa Bersabda “ Akulah jalan kebenaran yang hidup, tidak seorangpun yang akan sampai kepada Allah jika tidak melalui Aku (Isa AL-Masih)”
Seringkali dalam organisasi masyarakat dalam berbagai profesi dan semacamnya seringkali bubar dijalan karena sejak awal persepsinya tidak sama. Dalam artinya bahwa persepsi itu di dalamnya termasuk visi dan misi, dan beberapa kesepakatan-kesepakatan bersama. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah persepsi itu sendiri, sebab kalau tidak demikian umat Islam akan menjadi tidak jelas dan terus gagal paham sampai akhir.
Termasuk yang terkait dengan akidah dan keyakinan-keyakinan yang juga sering salah persepsinya. Akibat dari terus mempertahankan persepsi yang salah, mereka juga akan dengan sangat mudah untuk menyalahkan persepsi orang lain yang sudah benar dan merasa dirinya lebih benar sendiri dibandingkan dengan orang lain. Maka kita tidak perlu heran dimana-mana kekacauan umat Islam akan terus terjadi dari waktu ke waktu. Paling penting lagi adalah, kadangkalah ilmu masih terus dipertahankan sehingga menyebabkan gagal paham terhadap kosep-konsep yang sebenarnya dan tidak lagi berkotribusi dan menjawab tantangan kemajuan zaman dan sebaliknya menarik umat Islam kebelakang untuk tetap menikmati ketinggalan zaman bahkan ketinggalan juga kabar keselamat di-akhirat kelak nanti.
Begitu juga ketika dalam mendefinisikan Islam, iman dan ihsan, masih dalam ketidak pastian dan beragam persepsi. Penjelasan yang substansial tentang semuanya itu termasuk takwa dan sholat adalah penjelasan yang seharusnya bersumber dari Al-kitab dan bukan dari persepsi-persepsi para manusia yaitu para ahli ilmu hukum Islam (fikih), sebab mereka juga adalah generasi awal dan perlu beradaptasi dengan generasi terdepan, mereka juga manusia biasa seperti kebanyakan manusia pada umumnya yang pasti ada kekurangan dan salahnya.
Apa substansi sholat itu ?
Makna sholat yang sangat substansial adalah “DOA”! Doa artinya, berhubungan dan berkomunikasi. Hubungan dan komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi spiritual bukan komunikasi ritual. Komunikasi spiritual sifatnya adalah pribadi, dimana sese-orang ber-komunikasi vertikal dengan mengangkat perasaan pribadi kepda Allah sebagai Tuhannya yang dia berdoa hanya kepada-Nya dan meminta naungan dan pertolongan kepada-Nya. Sebenarnya Allah hanya memerlukan perasaan pribadi setiap orang. Perasaan pribadi yang Allah perlu dengar dari doa seorang hamba, karena Allah melihat hati orang.
Artinya, sholat itu tidak harus sekedar gugur rutinitas serimonialnya, tidak harus dinampakkan setiap waktu di depan umum, tidak harus berkumpul dalam Jemaah yang banyak, tidak harus melibatkan banyak orang, tidak harus juga doa itu dilakukan di dalam gedung-gedung, sebab gedung yang bagus adalah hati orang. Hati orang mukmin adalah baitullah atau rumah Tuhan. Inilah makna solat dalam arti yang sebenarnya dan bisa dilakukan secara pribadi di tempat mana sahaja dan kapan sahaja. Yang terpenting adalah hati yang bersih, hati yang suci, hati yang teguh dalam iman.
Nabi Muhammad berkata “Hati itu seumpama sepotong daging, jiga daging itu baik baiklah seluruh tubuh, jika dagingnya busuk maka busuk juga seluruh tubuh” artinya, bila hati se-seorang itu baik pasti baik seluruh hidupnya, sebaliknya jika hatinya rusak maka rusak juga hidupnya”
Nabi Isa berkata “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena merekalah yang akan memandang Allah.”
Dalam hal ini, nabi Muhammad dan nabi Isa setuju bahwa ukuran sholat yang baik adalah doa yang diucapkan dari hati, dan hati yang diperlukan adalah hati yang suci dan bersih. Hati setiap orang juga tempatnya tesembunyi, tidak ada yang tahu hati orang kecuali hanya Tuhan. Kalau demikian doa yang benar adalah doa yang seharusnya keluar dari perasaan hati yang terdalam dan tidak perlu diketahui oleh orng lain selai Tuhan.
Itulah sebabnya nabi Isa berkata “ Pada waktu kamu berdoa jangan seperti orang-orang munafik, mereka suka doa dengan berdiri di rumah-runah ibadah serta di persimpangan-persimpangan, dengan maksud supaya mereka dapat dilihat oleh orang-orang. Sesungguhnaya Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapatkan pahalanya. Tetapi pada waktu engkau akan berdoa , masuklah kedalam kamarmu serta tutuplah pintunya. Lalu berdoalah kepada Allah yang tidak kelihatan itu, maka Ia, yang melihat apa yang tidak kelihatan itu, akan membalasnya kepadamu” Is. Mata. 6: 5-7.
Al-Quran berkata “Allah, tidak ada Tuhan yang lain selain Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus , tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at disisi Allah tanpa izi-Nya ? Allah mengetahui apa-apa yang ada dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha tingi lagi Maha besat. Qs. Al-Bakarah (2): 255.
Telah jelas bahawa, Al-Quran dan Al-Injil sama-sama menekankan bahwa doa itu adalah komunikasi personal, hubungan pribadi seseorang dengan Allah yang hanya dia dengan Allah saja yang tahu. Doa itu disampaikan dengan hati suci dan lembut, dan tidak dengan perkataan keras.
Al-Quran berkata “Berdoalah kamu kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Qs. Al A’raf (7): 55.
Nabi Isa juga berkata “Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan mewarisi bumi” Is. Mata. 5: 5
Solat itu perintah yang mana ?
Setiap agama akan perintahkan umatnya untuk menjalankan sholat dengan alasan karena solat itu diperintah oleh Allah s.w.t. dan diperintahkan oleh nabinya masing-masing, atau diperintahkan oleh hukum agama. Setiap agama praktek solatnya dengan tatacara yang berbeda satu dengan yang lain. Meski demikian tujuannya sama yaitu berkomunikasi dengan Tuhannya.
Sholat di dalam agama Islam konsepnya adalah “Ritual serimonial.” Konsep seperti itu tidak datang dari Allah atau datang dari nabi Muhammad, konsep ini murni datang dari para ulama fikih seperti ” Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’I dan Imam Hambali”
Konsensus dan kesepakatan mereka tentang definisi solat adalah ”Asolatu lugotan adu’a wa saron af’alun wa akwalun muftatahatun bitakbir wa muktatamatun bisalam” (Sholat itu adalah doa yaitu suatu amalan perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam). Definisi ini menggambarkan konsep sholat dengan ritual fisikal seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Kemudian membagi waktu sholat kedalam 5 waktu dan memberi namanya seperti: Sholat Dzuhur, sholat Asar, sholat Magrib, sholat Isya atau Imsyak, dan sholat Subuh, menjelang pagi.
Hukum yang menjadi pengikat umat Islam terkait praktek-praktek sholat adalah “Wajib” yaitu diwajibkan bagi setiap orang mukmin dewasa baik laiki-laki dan perempuan dan anak-anak mukmin yang sudah berumur diatas 6 tahu”
Hukum wajib artinya, “Jika tidak dilaksanakan amalan tersebut makan termasuk pelanggaran dosa yang paling berat, tetapi sebaliknya jika dilaksanakan maka akan mendapat pahala besar.”
Praktek solat dengan panduan fikih seperti ini mulai dipraktekkan sejak berkuasanya dinasti Mu’awiyah bin Abi Sufyan sampai sekitar abat 2 Hijriyah atau sekitar 200 tahun setelah nabi Muhammad meninggal dunia. Ini berarti, konsep solat dari para imam-imam fikih tidak mewakili contoh solat dari nabi Muhammad sendiri bahkan tidak juga oleh khalifah-khalifah atau sahabat-sahabat nabi Muhammad yang awal yaitu “Abubakar sidik, Umar bin khatab, Utsman bin afan dan Ali bin abu tahlib”
Bagaimana konsep dan contoh solat nabi Muhammad yang sebenarnya?
Sampai sekarang tidak se-orangpun yang tahu tentang cara solat nabi Muhammad yang sebenarnya dan pastinya seperti apa. Tidak ada literisi yang mencatat bagaimana gambaran cara sholat nabi Muhammad yang pernah beliau praktekan dimasa hidupnya. Yang menarik adalah, selama masa hidup Muhammad ramai dibicarakan tentang ketaatan beliau untuk ber-ibadah sholat kepada Allah s.w.t. Ada banyak orang dari kalangan pengikut beliau dan sahabat-sahabat terdekat beliau yang selalu bersamanya kemana saja beliau pergi untuk berdakwah. Sangat mengejutkan jika tidak seorang pun diantara mereka yang tahu cara nabi Muhammad sholat. Kosep sholat dari nabi Muhammad tidak ada traskripsinya sehingga sholat umat Islam setelah nabi Muhammad di-berbagai tempat di dunia hingga saat ini berbeda-beda cara satu dengan yang lainnya.
Darimana formulasi sholat yang berbeda-beda itu dimulai? Adalah bersumber dari imam-imam mazabiah antaranya adalah: Imam Hanafi, imam Maliki, imam Syafi’i dan imam Hambali. Konsep sholat yang ditraskripsikan dari mereka berbeda-bedada cara satu dengan yang lain, akibat dari itu munculnya perbedaan-perbedaan sholat yang tidak mungkin untuk dipersatukan.
Perbedaan itu juga yang menyebabkan umat Islam sampai dengan saat ini tidak pernah bersatu untuk berdiri bersama pada satu konsep. Masing-masing berhati keras untuk pertahankan konsepnya meskipun konsepnya itu salah dan mudah menyalahkan bahkan mengkafirkan yang lain, meskipun yang lain juga konsepnya itu benar.
Ini artinya bahwa sholat umat Islam di masa awal dan masa sekarang, tidak mencontohi sholatnya nabi Muhammad, tetapi mengikuti cara sholat yang dikonsep oleh para imam-imam mazhab itu. Kalau demikian, seharusnya umat Islam tidak boleh saling bermusuhan karena cara sholat yang berbeda itu, sebaliknya mereka saling menghormati satu sama lain. Bukankah para imam mazhab itu juga adalah ulama-ulama besar umat Islam sepanjang masa? Mereka juga menjadikan Islam sebagai agamanya, nabi Muhammad sebagai nabinya dan Al Quran sebagai kitab suci dan dasar pegangan mereka. Tetapi mengapa umat Islam tetap mempertahankan konsep yang lama meskipun tidak banyak membawa kemajuan yang sinifikan untuk umat Islam secara khusus dan pada umumnya? Ini adalah tugas umat Islam yang perlu dipikir ulang untuk membebaskan diri dari konsep tradisi dan memperbaiki diri menuju kemajuan dan kemerdekaan berpikir rasional sehingga mencapai kemajuan secara unifersal.
Bagaimana konsep sholat dalam Al-Quran ?
Al-Quran berkata “alkitab itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” Qs. AL-Baqarah (2): 2.
Kosep yang sempurna untuk berbagai hal dalam urusan agama dan urusan akidah, tauhid, solat, zakat, puasa dan yang lainnya adalah kosep menurut ketetapan dari firman Allah. Kalau petunjuk dari firman Allah maka tidak boleh seorangpun meragukan konsep yang ditawarkan bagi setiap orang yang percaya dan bertakwa kepada Allah s.w.t.
Orang bertakwa adalah orang yang taat dan bersemangat untuk melakukan perintah-perintah Tuhannya juga dengan tegas untuk menjauhi semua larangan-larangan Allah. Orang bertakwa adalah orang yang percaya dan menerima roh Allah (Roh Kudus) sepenuh hati baru setelah itu Roh Allah bekerja sama dengan roh insani untuk berkomunkasi dan berdoa kepada Allah yang maha mendengar segala permohonan hamba-hamba-Nya.
Al-Quran berkata “Mereka yang beriman kepada yang ghaib (Roh Allah), yang mendirikan shalat (berdoa) dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka” Qs. AL-Baqarah (2): 3.
Al-Injil berkata “ Allah itu Roh, dan siapa menyembah Dia, ia harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” Is. Yahya. 4: 24.
Kitab Al-Quran dan kitab Al-Injil sama-sama sependapat kalau ibadah sholat penghantar doa yang sempurna adalah melalui tuntunan Ron Allah (Roh Qudus) dan inilah konsep sholat menurut Al-kitab (Al-Quran) yang dianggap benar oleh Allah s.w.
Beriman kepada yang gaib adalah percaya kepada ke-Mahakuasaan Allah dengan zatnya yang berbentuk Roh adanya. Kedua adalah, menerima kehadiran Roh itu untuk masuk ke dalam hati bathin orang mukmin dan bekerja sma dengan roh insani untuk melakukan komunikasi spiritual secara vertikal dengan Allah swt. Al-Quran berkata “Mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan solat….” Qs, Al-Bakarah (2): 3.
Komunikasi sholat akan dapat didengar dan di-ijabah (dijawab) oleh Allah apabila doa itu dihantar sendiri oleh Roh Allah. Sebab, doa yang disampaikan tanpa tuntunan Roh Allah, maka doa itu sebagai doa yang datang dari roh asing yang Allah tidak akan pernah tahu doa itu. Sebab prinsip ketauhidan Allah adalah, Allah itu Maha tahu atas segalanya tetapi ada satu hal yang Allah tidak akan tahu selain diri-Nya sendiri (“Allahu la ilaha ila huwal koyum” ) Allah itu tidak ada tuhan yang lain selain Di saja…). Allah itu gaib dan roh adanya, karena itu didalam firman Allah berkata “Hendaklah kamu berdoa dalam roh dan kebenaran” maka doa itu Allah pasti mengetahuinya.
Dengan demikian penjelasan terpenting dari Al-Quran tentang sholat adalah, sholat yang berdasarkan konsep definitif bukan konsep deskriptif. Solat yang berdasarkan komunikasi spiritual bukan komunikasi materialistis. Konsep komunikasi spiritual tidak mengharuskan penamaan sholat dan perincian waktu-waktu tertentu. Tidak juga diharuskan untuk dilaksanakan di gedung-gedung khusus dengan jumlah tertentu dan berjemaah.
Gedung yang spesial untuk tempat sholat adalah hati setiap orang mukmin, “Kolbun mukmin baitullah” atau hati orang mukmin rumah Tuhan. Kalau hati adalah sebagai rumahnya Tuhan, maka bila sudah saatnya untuk beribadah sholat, maka tidak harus pergi ke gedung masjid, cukup beribadah sholat di dalam gedung yang sudah ada di dalam hati orang mukmin. Percayalah bila niatnya benar pasti sholatnya di-ijabah dan di dengar oleh Allah yang Maha pengasih lagi Maha mendengar.
Jangan pernah takut dan cemas untuk melakukan sholat sendiri-sendiri di rumah kalau pandemi virus covid 19 membatasi anda untuk beribadah sholat di Masjid. Dimana saja anda ber-doa asal dilakukan dengan tujuan yang benar dan dituntun dengan Roh Allah, niscaya Allah tidak memberatkan anda dan akan mendengar permohonan yang anda sampaikan kepadanya. Selamat beribadah sholat , semoga Allah s.w.t. melindungi kita dari virus corona.
Ustaz M. Faridz Al-Salmani
Artikel yang sebelum ini | Blog Ustaz Faridz | Ini artikel terakhir |