Categories: Article

Siapakah Waraqa Bin Nawfal dalam Salasilah dan Riwayat Nabi Muhammad s.a.w? (Bhg.6/13)

’Ilmu Diniyah Alam Pikir Nashara

Waraqa memiliki ’ilmu diniyah yang menitikberatkan pencarian ‘ilmu diiniyah yang luas serta serta memiliki kearifan mengenai kitab-kitab suci, yang diserap dari “Ahli Kitab,” misalnya dari mereka yang mentilawatkan surah-surah Taurat Nabi Musa  dan Injil dan mendapatkan petunjuk dari surah-surah Taurat dan Injil dan juga ‘ilmu diiniyah yang diserap dari mazhab-mazhab Kristian ketika itu. Oleh Al-Quran, insan-insan macam Waraqa bin Naufal ini disebut sebagai …

  • insan-insan yang teguh serta mendalam ‘ilmu diiniyah”nya (QS An Nisa’ [4]:162)
  • orang-orang yang berilmu” (QS ‘Ali `Imran [3]:18)
  • tempat bertanya apabila dalam keragu-raguan, karena mereka membaca kitab-kitab sebelum Qur’an” (QS Yunus [10]:94)
  • orang yang bisa dijadikan saksi antara pengikut Nabi dengan Nabi karena mereka dianggap sebagai insan-insan yang mempunyai ‘ilmu Kitab” (QS Ar Ra’d [13]:43)

Bagi insan-insan hijrah nashara, pencarian ‘ilmu punya tempat terhormat, baik mencari ‘ilmu keghaiban maupun ‘ilmu mantiq atau ‘ilmu logika. Mencari ‘ilmu diperluas ke ranah yang luas sampai ke pengalaman-pengalaman dan perjalanan-perjalanan manusia baik kondisi bathin dan lahir. Di Mekah ketika itu, para rahib(*) yang takdzim dan tawadu’ kepada Sayidina ‘Isa seringkali bisa terlihat dalam keadaan sangat khusu’ ibadahnya dan bertafakur hingga berlinang air mata. Al-Qu’ran memberitakan mengenai para rahib yang takdzim kepada Sayidina ‘Isa,

Engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan apa yang mereka ketahui dari kebenaran” (QS Al Ma’idah [5]:83).

(*) Rahib adalah orang yang sedemikian besar rasa takut mereka kepada Allah dan kekhawatiran mereka terjerumus dalam dosa atau jurang hawa nafsu, maka mereka meninggalkan segala sesuatu yang berpotensi mengangtarnya ke sana. Mereka meninggalkan gemerlapan duniawi dan memfokuskan kegiatan hidupnya untuk beribadah saja. (Shihab, 2010).

Ilmu mereka bersumber pada seluruh pengetahuan akan Kitab-Kitab suci.

Orang-orang yang Kami berikan Kitab itu mengetahui serta mengenalinya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri” (QS Al Baqarah [2]:146; QS Al An’am [6]:20).

Mereka sering dijuluki Al-A’raf  hakim yang arif dan bijaksana, karena mereka adalah orang-orang yang memahami seluk-beluk perjalanan hidup manusia dan beserta kompleksitasnya atau kepelikannya. Mereka mampu menyelidiki apa yang tersembunyi dan misterius.

“Mereka yang dijuluki Al-A’raf, bobot pengetahuannya akan memahami setiap orang hanya dari raut mukanya saja” (QS Al A’raf [7]:46).

Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu” (QS Al Mujadalah [58]:11).

Bagi orang-orang yang dimuliakan karena ilmunya tersebut, ilmu diiniyah sudah diluar kepalanya.

Mereka menghargai apa yang diberikan Allah pada mereka sebagai kebenaran.Dan mereka yang ilmu sudah dibukakan, mereka melihat kebenaran” (QS Saba’ [34]:6).

Mereka mengaji kitab Allah dan menafakurinya tanpa kitab-kitab bantu.

Allah akan mengatakan pada mereka yang diberi hidayah ‘ilmu dan iman, ‘Memang engkau tidak membatasi firman Allah (QS Ar Rum [30]:56).

Bagi orang-orang yang sudah diberi hidayah ‘ilmu, kitab suci merupakan bukti yang meyakinkan.

“Hati mereka adalah tanda-tanda bahawa mereka adalah insan-insan, yang oleh Allah, diberi ‘ilmu” (QS Al ‘Ankabut [29]:49).

Insan-insan nashara yang arif dan pakar ilmu diiniyah ini menjadi saksi bersama Allah, para malaikat, akan kebenaran al-islam yakni berserah diri bulat-bulat kepada Allah serta menjadi saksi akan perjuangan Muhammad dalam mengingatkan manusia untuk ber-islam yaitu berserah diri bulat-bulat kepada Allah sahaja.

Ya Allah berilah saksi-saksi bagi kami ini … para malaikat dan mereka yang,oleh Mu, Ya Allah, Engkau beri hidayah ilmu untuk berdiri teguh membela keadilan … bahawa Islam, berserah diri bulat-bulat kepada Allah sahaja, adalah diin yang diridai Allah” (QS ‘Ali `Imran [3]:18-19).

Insan-insan duafa nashara itulah salah satu saksinya. Pernyataan insan-insan nashara menjadi saksi yang cukup dan sahih!

Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dengan kamu, dan juga disaksikan oleh orang-orang yang ada ilmu pengetahuan mengenai Kitab Allah” (QS Ar Ra’d [13]:43).

Insan-insan nashara yang berilmu, demikian kata Al-Quran, adalah orang-orang beriman yang muslimiin yakni berserah diri bulat-bulat pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Hidayah ‘ilmu telah diberi kepada kami sebelum ini, dan kami muslimiin yakni berserah diri bulat-bulat kepada Allah” (QS An Naml [27]:42).

Insan-insan nashara yang berhijrah atau mengungsi ini telah beriman pada Al-Quran sebelum orang-orang lainnya beriman.

Dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu, berkata:” Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami” (QS ‘Ali `Imran [3]:7).

Orang-orang yang teguh serta mendalam ilmu pengetahuannya di antara mereka dan orang-orang yang beriman, sekaliannya beriman dengan apa yang telah diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang telah diturunkan dahulu daripadamu (QS An Nisa’ [4]:162).

Di padang pasir Timur Tengah, rahib-rahib yang takdzim dan tawadu’ kepada Sayidina ‘Isa sudah dari dulu dikenal memiliki ’ilmu yang mendalam. Ceramah-ceramah seorang rahib yang bernama Ibn Sa’ida cukup dikenal dalam kasusastraan Arab. Ada lagi rahib yang terkemuka lainnya. Rahib tersebut bernama Buhaira atau Bahira. Nabi pernah bertemu rahib yang bernama Buhaira tersebut saat dalam perjalanan rombongan ke Suryani. Rahib Buhaira tersebut sangatlah disayangi oleh kaum Quraysh. Seseorang mengatakan: “’Ilmu insan-insan berhijrah yang dikenal sebagai nashara sampai pada Rahib Buhaira dan dengan cepat diiktiraf oleh beliau” (Ibn Hisham, hal. 165; Al-Halabi, Al-Sirah Al-Halabbiya, Vol. I, hal. 130. Al-Halabi (d. 1635) selanjutnya akan diidentifikasi dengan istilah “Al-Halabiyya” dalam karya ini).

Diriwayatkan ada seorang rahib bernama ‘Addas dari Kota Niinawa atau Niniwe “menularkan ‘ilmu yang mendalam tentang Kitab kepada Muhammad” (Al-Halabiyyah, hal. 267; Al-Sirah Al-Makkiyah, Vol. I, hal. 130). Ada lagi seorang rahib lagi yang bernama Issah dari Suryani, yang berkata mengenai Rahib Buhaira “Tuhan Allah merahmati Rahib Buhaira dengan banyak ‘ilmu yang dalam dan segala macam kearifan insan-insan berhijrah nashara” (Al-Halabiyyah, hal. 78).

Nabi mengenal seorang rahib lainnya dari Tanah ‘Ukaz yang punya keahlian mengobati orang sakit. Diriwayatkan Nabi pernah menemuinya dengan kakek beliau, Abdul Muttalib, untuk mendapatkan perawatan medis atas sakit mata beliau (Al-Halabiyyah, hal. 135).

Dalam konteks masyarakat Samawi atau Timur Tengah ketika itu yang sangat menggandrungi ‘ilmu diiniyah para rahib Nashara, Waraqa tampaknya sungguh sangat sadar akan adanya berbagai disiplin pencarian ‘ilmu diiniyah dari para rahib Nashara atau Kristian di Jazirah Arab ketika itu. Waraqa menjadi pakar, penafsir takdir ilahi, dan menjadi guru yang sangat dihormati. Waraqa menjelaskan isi kitab-kitab suci dan mengkhutbahkan ajaran-ajaran Kitab Suci, dan sungguh-sungguh mengamalkan apa yang WAJIB diamalkan menurut Kitab Suci, sembari mengungkap misteri-misterinya. Waraqa muncul sebagai ahli yang bijaksana sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran.

Alif, Laam, Raa’ (*). Inilah sebuah Kitab yang tersusun ayat-ayatnya dengan tetap teguh, kemudian dijelaskan pula kandungannya satu persatu oleh yang bijaksana lagi mendalam ilmu laduninya” (QS Hud [11]:1).

(*) ALR dan ALM adalah sepasang tiga konsonan Arab yang membuka sebelas Surat Al-Quran. Tiga huruf misterius ini berfungsi menekankan pentingnya wahyu-wahyu yang disampaikan. Makna-makna spesifik tiga huruf tersebut telah menjadi perdebatan di antara banyak cendikiawan selama berabad-abad.

Itulah alam pikir nashara duafa fakir miskin. Itulah alam pikir nashara ebionit. Alam pikir nashara yang sangat dalam dan arif termaktub di QS Al Ma’idah [5]:82; QS Ali ‘Imran [3]:113-115, 199; QS An Nisa’ [4]:159, 162; QS Al A’raf [7]:159; QS Bani Isra’il [17]:107-109; QS Yunus [10]:94.

Artikel sebelum ini Blog Abdushomad Artikel selepas ini


admin

Recent Posts

Zaman Keemasan Islam (Bahagian 2/2)

Berbagai dalil dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan yang berasal dari India. Selain itu…

2 years ago

Nasrani dalam Pengertian Islam (Bhg. 1/4)

Bismillah, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, ikhwah fillah. Saudaraku yang dirahmati Allah! Insya Allah aku akan mulai…

2 years ago

Patuh SOP pada Sholat Eid Boleh Diterima?

Pengertian Sholat Secara Etimologi Terminologi Standar masyarakat Islam Asia Tenggara ini adalah an-edukated yang kurang…

3 years ago

Permulaan Transformasi Kalbu Jiwa

Terimalah rahmat dan kasih karunia Allah s.w.t. Hiduplah dalam rahmat dan kasih karunia-Nya. Berjalanlah dalam…

3 years ago

Sisi Gelap Kalbu Jiwa Manusia

Sebab utama manusia jatuh ke dalam dosa ialah pikiran perasaan kehendak yang berpusat pada kalbu…

3 years ago

Privacy Policy

Polisi Privasi Ya-Rahman Media ... laman web dan semua app ... Laman web ... https://ya-rahman.org…

4 years ago