اَلْـمَجِيْد

Maha Mulia

Tuhan Allah Yang Maha Pemurah sungguh amat mulia. Yang Maha Pemurah sungguh tinggi wibawa dan maruahNya. Kemuliaan daripada Yang Maha Pemurah itu selalu terasa dalam setiap sifat-sifat Allah dalam 99 Asmaul Husna.

Nama daripada Yang Maha Pemurah itu adalah Yang Maha Mulia اَلْـمَجِيْد (Al-Majīd).

Dalam Kitab Taurat Zabur dan Injil dalam Bahasa Bani Isra’il Ibrani dan Bahasa Suryani, keadaan mulia itu selalu harus diibaratkan dengan adanya buah-buahan yang bermutu istimewa dan adanya pemberian-pemberian yang istimewa. Menurut alam pikir Bani Isra’il Timur Tengah, kalau tidak ada itu bukanlah istimewa. Bukan mulia! Itulah alam pikir Bani Isra’il para nabi.

Nabi Musa memberi semangat dan barakah kepada umat Allah keturunan-keturunan Isra’il atau Bani Isra’il yang akan memasuki tanah waqaf yang diberikan Tuhan Allah kepada mereka. Nabi Musa menyatakan tanah waqaf pemberian ilahi itu adalah tanah yang berlimpah-limpah dengan keistimewaan yang mewah.

Untuk menggambarkan tanah waqaf pemberian Tuhan Allah kepada keturunan-keturunan Nabi Ya’qub atau Bani Isra’il itu, dalam Kitab Taurat Surah al-Khuruj (Keluaran) 33:13-14, 16, Nabi Musa berkali-kali menggunakan kata Bahasa Ibrani

 /meget/

yang ertinya mulia yakni bermutu istimewa.

Menurut Kitab Taurat, tanah waqaf pemberian Tuhan Allah kepada keturunan Nabi Ya’qub itu sungguh amat berlimpah-limpah dengan buah-buahan yang masak di pokok, berlimpah-limpah dengan pemberian-pemberian Tuhan Allah di tanah tersebut, berlimpah-limpah hasil-hasil pertanian dari tanah tersebut.

Menurut Nabi Musa, tanah waqaf tersebut sungguh:

  • meget atau istimewa buah-buahannya yang masak di pokok,
  • meget atau istimewa pemberian-pemberiannya Tuhan Allah di tanah tersebut,
  • meget atau istimewa hasil-hasil pertanian yang diberikan Tuhan Allah di tanah tersebut.

Itulah alam pikir Bani Isra’il tentang keadaan yang mulia atau keadaan yang,

 /meget/,

atau dalam Bahasa Arab,

مَجِيْد /majīd/

atau dalam Bahasa Melayu, istimewa atau mulia.

Dalam Suhuf Nabi Sulaiman Nasyīdil ‘Ansyādi (Kidung Agung) 4:13, Nabi Sulaiman menyatakan bahawa alam memberikan hasil yang meget, yang istimewa!

Itulah pemberian yang mulia menurut alam pikir para nabi Bani Isra’il atau Ibrani. Dalam alam pikir Timur Tengah, mulia bererti berlimpah-limpah dengan buah-buahan yang istimewa dan berlimpah-limpah dengan pemberian-pemberian dan hasil-hasil yang istimewa.

Dalam sastera Bahasa Bani Isra’il dan Bahasa Suryani dan Bahasa Arab, ada beberapa kata yang ertinya mulia atau kemuliaan. Meget atau majīd adalah salah satunya. Ada juga …

 /shekinah/

yang bererti mulia tenteram aman sejahtera kerana sebab Allah, atau,

سَكِيْنَة /sakinah/

dalam Bahasa Arab.

Dalam peradaban Bani Isra’il Ibrani dan peradaban Suryani dan peradaban Arab, seseorang dikatakan dalam keadaan mulia apabila dia dalam keadaan amat mantap dan melimpah ruah dengan hal-hal yang istimewa!

Berbeza dengan peradaban Timur Tengah Bani Isra’il, Suryani dan Arab, dalam peradaban Yunani Eropa, seseorang dikatakan dalam keadaan mulia apabila dia dalam keadaan …

 /doxa/

atau dalam keadaan cemerlang bersinar terang benderang.

Ketahuilah, Kitab Allah Injil ditulis dalam huruf dan alam pikir Bahasa Yunani.

Jadi tentu sahaja, Kitab Injil Surah Luqa (Lukas) 9:30 menyatakan keadaan mulianya Sayidina Isa yang secara ajaib terlihat secara terang benderang bersama dengan Nabi Ilyas dan Nabi Musa, padahal kedua nabi tersebut sudah meninggal dunia.

Namun Sayidina Isa secara ajaib terlihat secara terang benderang bersama dengan kedua nabi-nabi Allah tersebut. Itu ertinya Sayidina Isa dalam keadaan mulia, dalam keadaan bersinar terang benderang dan dalam keadaan cemerlang. Itulah cara orang-orang Yunani menggambarkan keadaan yang mulia.

Bahkan di antara para Hawariyyun penyokong-penyokong setia Sayidina Isa itu ada yang mendengar percakapan Sayidina Isa dengan nabi-nabi Allah yang sudah meninggal dunia tersebut. Butros al-Hawari melihat sendiri secara terang benderang dan mendengar percakapan Sayidina Isa dengan nabi-nabi yang sudah meninggal tersebut. Kedua nabi-nabi yang sudah meninggal dunia itu sedang bercakap-cakap dengan Sayidina Isa mengenai Sayidina Isa yang akan meninggalkan Tanah Suci Al-Quds atau Yerusalem untuk selama-lamanya. (Kitab Injil Surah Luqa 9:31.)

Akhirnya sungguh terjadi bahawa Sayidina Isa meninggalkan Tanah Suci Al-Quds untuk selama-lamanya. Kemudian Butros al-Hawari menjadi hawariyyun penyokong setia Sayidina Isa. Ketika Butros al-Hawari menjadi penyokong setia Sayidina Isa, Butros al-Hawari tidak pernah lupa akan pengalaman melihat Sayidina Isa dalam keadaan mulia, yakni Sayidina Isa terlihat dalam keadaan …

/doxa/

terang benderang bersama nabi-nabi yang sudah meninggal dunia itu. Itulah kejadian yang mulia mengenai Sayidina Isa yang pernah dilihat oleh Butros al-Hawari. Dan akhirnya Butros al-Hawari bercerita kepada orang orang mukmin mengenai kebangkitan daripada Almasih Isa dari alam kubur. Lihat juga QS Maryam [19]:33, Ali ‘Imran [3]:55.

Melalui-Almasih Isa, hamba Allah yang penuh dengan kesabaran dan penderitaan itu, kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan-Nya daripada kematian dan memberi-Nya kemuliaan, supaya kamu beriman dan berharap kepada Allah.

(Kitab Injil Surah Butros Awal [1 Petrus] 1:21.)

Butros al-Hawari memberi nasihat kepada pemimpin orang-orang yang takzim kepada Sayidina Isa Almasih agar mereka bukan hanya menyaksikan Sayidina Isa Almasih sebagai korban namun semoga mereka nantinya juga ikut mengalami kemuliaan Sayidina Isa Almasih di akhirat nanti. (Kitab Injil Butros Awal [1 Petrus] 5:1 dan QS Ali ‘Imran [3]:55.)

Sayidina Isa adalah ketetapan Allah. Sayidina Isa sudah ditetapkan Allah untuk menjadi amat mulia. Baca QS Ali ‘Imran [3]:45.

Mengenai kelahiran Sayidina Isa, para malaikat yang mulia dengan terang benderang menampakkan diri mengumumkan kelahiran Sayidina Isa kepada para gembala kambing di padang pasir yang gelap gulita itu. (Kitab Injil Surah Luqa [Lukas] 2:9.)

Bahkan setelah Sayidina Isa dihidupkan kembali dari kematiannya sebagai korban, Sayidina Isa diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit kembali ke haribaan al-Khalik. Butros al-Hawari adalah orang yang pertama kali paling berani mengkhotbahkan kisah Sayidina Isa Almasih dengan penuh kemuliaan. Bukan hanya Butros al-Hawari, namun juga para nabi sebelum Sayidina Isa pun juga mengakui kemuliaan Sayidina Isa.

Tuhan yang disembah Ibrahim, Ishak dan Yakub, Tuhan yang disembah nenek moyang kita, telah memuliakan Hamba-Nya Isa yang telah kamu serahkan dan sangkal di hadapan Pilatus walaupun dia membuat keputusan hendak melepaskan-Nya.

(Kitab Injil Surah Kisah Para Hawariyyun [Kisah Para Rasul] 3:13.)

Salah satu hawariyyun yang mati syahid bernama Astofan (Stefanus). Ketika Astofan al-Hawari sedang mengalami mati syahid, Astofan al-Hawari melihat syurga di mana Allah yang Maha Mulia berdiri berdampingan dengan Sayidina Isa Almasih. (Kitab Injil Surah Kisah Para Hawariyyun [Kisah Para Rasul] 7:55 dan seterusnya.)

Itulah pandangan orang yang mati syahid. Kiamat ada dua macam,

  • kiamat besar, dan
  • kiamat kecil yakni kematian seseorang.

Menurut hadis, Nabi Isa adalah bunga kiamat. Setiap orang yang akan mati menghadap al-Khalik pasti melihat Nabi Isa bunga kiamat yang mulia itu.

Disebutkan di dalam Kitab Taurat, Zabur dan Injil dalam Bahasa Bani Isra’il dan Bahasa Suryani, kemuliaan Tuhan Allah bersifat abadi dan tidak pernah berubah. Kemuliaan ilahi dan kuasa ilahi, oleh Tuhan Allah, ditunjukkan dengan jelas dan terang benderang di hadapan orang-orang Bani Isra’il ketika …

  • Tuhan Allah memberikan Syariat Nabi Musa (Kitab Taurat Surah al-Khuruj [Keluaran] 24:16)
  • Peresmian Bait Allah yang dibina Nabi Sulaiman (Kitabul Anbiya’ Surah Akhbarilayyamil Tsani [2 Tawarikh] 7:1)
  • Kemuliaan Allah dan kuasa ilahi, oleh Allah, dengan istimewa dan penuh kemuliaan ditunjukkan kepada Nabi Isya’ya (Yesaya) ketika Nabi Isya’ya mengabdi di Bait Allah Al-Quds (Yerusalem) (Kitabul Anbiya’ Isya’ya [Yesaya] 6:1)

(Nabi Musa menerima Syariat dari Yang Ilahi.)

Lain dengan kemulian Allah yang bersifat abadi dan tidak pernah berubah, kemuliaan Bani Isra’il menjadi layu bak bunga yang layu. (Kitab Injil Surah Butros Awal [1 Petrus] 1:24.)

Harga diri bangsa Isra’il kadang tinggi di atas namun tidak lama turun di bawah dan tidak memiliki harga diri sama sekali. Kemuliaan dan harga diri Bangsa Isra’il seringkali menjadi musnah dan punah. Kemuliaan dan harga diri Bani Isra’il sudah tidak ada lagi di Tanah Isra’il. (Kitab 1 Samuil [1 Samuel] 4:21.)

Itulah yang sering dikatakan dalam Kitab Taurat dan Suhuf-suhuf al-Anbiya’. (Kitab 1 Samu’il [1 Samuel] 4:21.) Bani Isra’il tercerai berai kemana-mana dan menjadi pengungsi kemana-mana. Di mana-mana ada pengungsi-pengungsi Bani Isra’il. Porak poranda ke mana-mana. Berserakan kemana-mana di seluruh dunia ini. Bani Isra’il tercerai berai ke seluruh dunia.

Dengan demikian mereka menukar kemuliaan Tuhan Allah dan mereka ganti kemuliaan Allah dengan patung lembu jantan, si pemakan rumput.

(Termaktub di Kitab Zabur 106:20.)

Munajat:

Segala kemuliaan milik-Mu ya Allah. Tidak ada apapun yang terlalu berat sehingga Engkau tidak mulia lagi. Tidak ada apapun yang mengurangi kemantapan kemuliaan-Mu, kemantapan ilmu kearifan-Mu, ya Allah.

Artikel sebelum ini Blog Abdushomad Artikel selepas ini