Yang Maha Luhur dan Maha Pemurah.

Di sini ada dua nama Allah, iaitu,

  • Al-Jalil Yang Maha Luhur dan
  • Al-Karim Maha Pemurah.

Secara bahasa, kedua nama Allah itu terdengar indah. Jalil dan Karim. Banyak orang memakai kedua nama Allah itu untuk menamai anak-anak mereka.

Abdul Jalil dan Abdul Karim. Dan bahkan nama laut dan nama bukit di Timur Tengah disebut Laut Jalil dan Bukit Karim. Orang-orang Kristian Eropa menyebutnya “Laut Galelia” dan “Bukit Karmel.”

Dalam masyarakat Sawawi atau Semitik Timur Tengah, JALĀLI WAL IKRĀM adalah dalam rangka menyebut raja dan orang agung dan yang dipertua dengan cara yang penuh hormat. Dalam Bahasa Melayu, “Paduka Yang Mulia.”

ŻŪL dalam Bahasa Arab adalah kata untuk menggabungkan dua sifat dan digunakan di dalam Kitab Al-Qur’an. Nabi Yunus disebut,

ذَا النُّونِ /Żun Nun/

Yang bersama dengan ikan

QS Al-Anbiya [21]:87.

Alexander Agung di dalam Quran disebut,

ذَا الْقَرْنَيْنِ /Żāl Qarnaīn/ (Zulkarnain)

Yang selalu bersama dengan dua tanduknya.

QS Al-Kahf [18]:86.

Nabiullah Daniyal, oleh Allah, pernah diperlihatkan seekor kambing bersama dengan dua tanduknya. Yang namanya Kambing selalu bertanduk dua.

Termaktub di Kitabullah Al-Anbiya’ Daniyal 8:1 dst. Itulah Żāl Qarnaīn yang ertinya, “bersama dengan dua tanduknya.”

Jalal dan Karim adalah nama ilahi yang menggambarkan kekuasaan yang penuh dengan harapan yang dapat dirasakan oleh manusia. Jalal atau Jalil digambarkan seperti ombak samudera yang menderu-deru. (Termaktub di Kitabullah Zabur 42:7.)

Juga digambarkan seperti mangkuk piala yang berbentuk bundar yang agung. (Termaktub di Kitabullah Surah Al-Mulūkil Awal [1 Raja-Raja] 7:40.)

Ketika berbicara tentang Jalal, Nabiullah Isya’ya menggambarkan Jannah bagaikan suara terbukanya gulungan-gulungan Kitab Allah. (Termaktub di Kitabullah Al-Anbiya’ Isya’ya [Yesaya] 34:4.)

Ketika orang-orang mendengar dan melihat Kitab Allah dibuka, orang-orang menjadi amat takjum dan terkesima.

Sedangkan Karim digambarkan bagaikan indahnya hamparan kebun anggur di Timur Tengah. (Termaktub di Kitabullah Al-Anbiya’ Amos 5:11.)

Namun dalam minda penganut-penganut Taurat, Zabur dan Injil dan kitab-kitab Timur Tengah, Jalal dan Karim selain menggambarkan harapan yang indah, bagi mereka, Jalal dan Karim juga menggambarkan suasana berkabung dan kesedihan. Jalal atau Jalil seringkali juga menggambarkan batu puing-puing rumah atau batu puing-puing benteng atau batu puing-puing baitullah yang runtuh. (Termaktub di Kitabullah Al-Anbiya’ Marāṡil Irmiya [Yeremia] 9:11.)

Karim juga menggambarkan betapa sedih dan berkabungnya ketika ladang anggur dirusak dan diinjak-injak penjajah dan dirusak hama belalang. (Termaktub di Kitabullah Al-Anbiya’ Surah Marāṡil Irmiya [Yeremia] 12:10.)

Kitabullah Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] menggambarkan adanya mangkuk atau piala yang mulia, ombak yang menderu-deru yang amat agung dan seru dan kekhusukan dibukanya Kitab Allah dan persembahan tahlil puji-pujian walau ada berbagai macam keruntuhan dan kehancuran.

Azbabulnuzul daripada Kitab Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] adalah disaksikannya oleh Yahya al-Hawariyun demi meyakinkan para hawariyun bahawa Sayidina Isa karena ketetapan dan wujud keadilan ilahi ada untuk menolong umat dan menyelamatkan umat.

Kitab Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] juga menceritakan bagaimana Yahya al-Hawariyun dibawa ke sidratul muntaha oleh Roh Allah di mana di situ Yahya al-Hawariyun menyaksikan banyak peristiwa yang indah dan mulia namun juga amat mengerikan yang akan diizinkan terjadi di akhir zaman yang akan dirasakan oleh generasi umat manusia.

Yang disaksikan oleh Yahya al-Hawariyun di sidratul muntaha adalah sebahagian alat-alat ibadah di baitullah semacam mangkuk piala dari emas. (Termaktub di Kitabullah Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] 5:8.)

Pemandangan-pemandangan dilihat dan suara-suara didengar oleh Yahya al-Hawariyun di sidratul muntaha itu sungguh amat agung dan mulia.

Ketika materai pertama penyegel Kitab Allah dibuka agar dapat diketahui isi Kitab Allah itu, terdengarlah suara-suara haiwan makhluk yang menakutkan dan suara alam macam guntur, gempa bumi, dan badai yang mencengkam. Semua terdengar menakutkan. (Termaktub di Kitabullah Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] 6:1 dst.)

Ketika materai keempat penyegel Kitab Allah itu dibuka, terlihat dan terdengarlah peperangan dan wabah penyakit, “murkanya Kambing Korban Allah” berkecamuk di antara umat. (Termaktub di Kitabullah Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] 6:16.)

Ketika hal-hal yang menakutkan itu berlaku, terdengarlah suara-suara tahlil yang dikumandangkan oleh orang-orang yang berasal dari berbagai macam bangsa dan bahasa, semuanya mengumandangkan,

“Umat selamat kerana sebab Allah yang bertahta di Kursi-Nya di Arasy-nya dan Keadilan-Nya lewat Kambing Qurban-Nya.”

Allah akan selalu ada bersama umat untuk “menghapuskan setiap titik air mata mereka”. (Termaktub di Kitabullah Injil Surah Ar-Ru’ya [Wahyu] 7:10,17.)

Nabi Yahya menyebut Nabi Isa itu Kambing Qurban daripada Allah.

Munajad:

Suara ku pasti amat bergantung pada emosi atau perasaan jiwaku dan juga bergantung pada angin suasana mencengkam yang dirasa masyarakat, namun, ya Ilahi yang Maha Agung dan Maha Baik, sebabkanlah suara hamba selalu mengumandangkan tahlil yang memuja-muji-Mu kerana sebab daripada-Mu.

Artikel sebelum ini Blog Abdushomad Artikel selepas ini