Kehaqiqian dalam Semua Wahyu-Wahyu Ilahi
QS Saba’ [34]:6 …
“Dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, mengetahui (dengan yakin, bahawa keterangan-keterangan) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (mengenai hari kiamat dan lain-lainnya) benar serta memimpin ke jalan Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Terpuji …”
QS Al An’am [6]:114 …
“… Dan orang-orang yang Kami berikan kitab, mengetahui bahawa itu adalah diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenar-benarnya.
QS Al Ma’idah [5]:83 …
“Dan apabila mereka mendengar yang diturunkan kepada Rasulullah (Muhammad, s.a.w.), engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan apa yang mereka ketahui dari kebenaran.”
QS Al Isra’ [17]:81 …
Dan katakanlah: “Telah datang kebenaran, dan hilang lenyaplah perkara yang salah.
QS Al Ma’idah [5]:68 …
“… Katakanlah: “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dikira mempunyai sesuatu ugama sehingga kamu tegakkan ajaran Kitab-kitab Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhan kamu …”
QS Al Isra’ [17]:80 …
“… Dan pohonkanlah (wahai Muhammad, dengan berdoa): “Wahai Tuhanku! Masukkanlah daku ke dalam dengan kemasukan yang benar lagi mulia, serta keluarkanlah daku kekuasaanMu yang menolongku.”
Wahyu-wahyu ilahi dalam bahasa Ibrani (menurut Hadis Nabi, Rasulullah memerintahkan pengikutnya untuk belajar Bahasa Ibrani dan juga menganggap Bahasa Suryani itu juga mustahak. Kitab Taurat, Zabur dan Injil ditulis dalam Bahasa Ibrani) dan wahyu-wahyu ilahi dalam bahasa Arab tidak mungkin boleh diceraikan beraikan. Wahyu ilahi dalam bahasa Arab menjelaskan wahyu-wahyu ilahi dalam bahasa Ibrani. Wahyu ilahi dalam bahasa Arab selalu menganggap wahyu-wahyu ilahi dalam bahasa Ibrani sebagai sumber acuannya. Wahyu-wahyu ilahi terkemudian selalu bertindak sebagai saksi yang menyaksikan bahawa wahyu-wahyu ilahi yang sebelumnya itu hak.
Orang-orang beriman di antara bangsa Arab sudah selayaknya harus dengan takdzim dan tawadu’ menerima apa yang diyakini oleh insan-insan yang diberi Kitab sebelumnya …
QS Al Baqarah [2]:101 …
Dan apabila datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah (Nabi Muhammad s.a.w.), yang mengesahkan apa yang ada pada mereka
… karena apa yang diyakini oleh insan-insan yang diberi Kitab sebelumnya tidak lain merupakan akar yang menopang wahyu ilahi dalam bahasa Arab.
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi arahan dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman di antara bangsa Arab.
QS Al Baqarah [2]:127 …
“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas (tapak) Baitullah (Kaabah) itu, sambil keduanya berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami (amal kami).”
QS Ali ‘Imran [3]:84 …
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang telah diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi: Ibrahim, dan lsmail, dan Ishak, dan Yaakub, dan keturunannya, dan kepada apa yang telah diberikan kepada Nabi-nabi: Musa dan Isa, dan sekalian Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeza-bezakan seseorang pun di antara mereka, dan kepada Allah jualah kami berserah diri (Islam).”
QS Al ‘Ankabut [29]:46 …
“… Kami beriman kepada yang diturunkan kepada kami dan kepada yang diturunkan kepada kamu; dan ilah kami, juga ilah kamu, adalah satu; dan kepadaNyalah, kami patuh dengan berserah diri.”
Menurut Al-Qur’an, suatu kaum dikatakan memiliki iman yang sungguh-sungguh kepada Allah jika kaum tersebut dengan rendah hati menerima seluruh keterpaduan wahyu-wahyu ilahi sebagai sumber petunjuk bagi kaum tersebut.
QS An Nisa’ [4]:162 …
“Tetapi orang-orang yang teguh serta mendalam ilmu pengetahuannya di antara mereka dan orang-orang yang beriman, sekaliannya beriman dengan apa yang telah diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang telah diturunkan dahulu daripadamu.”
QS Al Ma’idah [5]:59 …
“… kami beriman kepada Allah dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, serta beriman kepada apa yang diturunkan sebelum itu …”
Wahyu-wahyu ilahi dalam bahasa Arab dan wahyu-wahyu ilahi dalam bahasa Ibrani kedua-duanya sungguh-sungguh mustahak dan sangat dibutuhkan. Bangsa Arab dan Bani Isra’il wajib percaya pada Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an. Mereka yang haqul yaqin pada Taurat sahaja merupakan golongan yang disebut Al-Qur’an termasuk golongan Yahudi yang anti Isa Almasih dan menolak mengakui Isa Al-Masih sebagai seorang nabi (QS Al Baqarah [2]:87-88).
Lihat juga Al-Qur’an [4]:46 di mana umat Yahudi dilaknat karena memfitnah iman. Muhammad menghadapi umat Yahudi selama tahun-tahun awalnya di Madinah, setelah 622, di mana terdapat intrik terus-menerus serta peperangan yang diarahkan terhadap umat Muslim. Ini berpuncak dengan pengusiran umat Yahudi di daerah tersebut setelah terjadi pembantaian terhadap lebih dari 600 laki-laki dari bani Qurayzah di tahun 626.
Barangsiapa yang haqul yaqin pada Injil sahaja akan menjadi satu golongan dengan Boneka Kaisar Rom yang, menurut Al-Qur’an, “melampaui batas” dalam melaksanakan ugamanya. (Lihat QS An Nisa’ [4]:171 dan QS Al Ma’idah [5]:77.)
Tidak semua orang-orang Ahli Kitab tunduk kepada Kaisar Rom, ada di antara mereka yang tidak sombong dan sungguh-sungguh rendah hati. Lihat:
- QS Al Ma’idah [5]:82
- QS Ali ‘Imran [3]:113-114
- QS Al Ma’idah [5]:66-68
- QS Ali ‘Imran [3]:199
- QS An Nisa [4]:159)
Barangsiapa yang haqul yaqin pada Al-Qur’an berbahasa Arab sahaja akan menjadi salah satu golongan Muslim yang tidak mengikuti sunnah Rasul Allah kerana mereka hanya mau menghiraukan hukum-hukum dan ajaran-ajaran Al-Qur’an tapi mengabaikan kitab-kitab Allah sebelumnya yang juga merupakan bagian dari Rukun Iman.
Rukun Iman ada 6 perkara, yakni beriman pada Allah, Malaikat-Malaikat Allah, Utusan-utusan Allah, Kitab-Kitab Allah, Kiyamat baik Besar atau Kecil, Takdir Ilahi baik yang seronok bagi kita maupun yang tidak seronok bagi kita.
QS An Nisa’ [4]:136 …
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan RasulNya, dan kepada Kitab Al-Quran yang telah diturunkan kepada RasulNya, dan juga kepada Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu. Dan sesiapa yang kufur ingkar kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-RasulNya dan juga Hari Akhirat, maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh.”
Selama orang-orang mau beriman pada semua kitab suci yang diturunkan Allah dan menaati semua hukumnya, maka mereka sungguh pantas disebut Muslim yang dengan rendah hati menyatakan:
“… kami beriman kepada Allah dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, serta beriman kepada apa yang diturunkan sebelum itu ...”
Mereka yang sungguh pantas disebut Muslim selalu haqul yaqin dan arif bahawa,
“… Aku percaya, bahawa tiada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil.”
QS Yunus [10]:90.
Artikel sebelum ini | Blog Abdushomad | Artikel selepas ini |